Yangdemikian itu adalah mudah bagi Allah). Tafsir Surat At-Taghabun: 7-10 Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Abstrak Artikel ini mengkaji tafsir Tarjumân al-Mustafîd karya ' Abd al-Rauf al-Fanshuri. Penelitian ini difokuskan pada surah al-Fâtihah dan surah al-Baqarah yang menghabiskan setidaknya lima puluh halaman dari tafsir Tarjumân al-Mustafîd. Pendekatan deskriptif dan kuantitatif dalam penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk menggapai hasil yang tepat sesuai dengan fakta dan realitas yang ada. Tafsir ini ditulis ketika ' Abd al-Rauf menduduki jabatan mufti di kerajaan Aceh yang waktu itu dipimpin oleh empat orang sultanah secara bergantian. Meskipun begitu, hampir dapat dikatakan nuansa politis itu tidak meresap ke dalam penafsirannya. Sisi keunikan tafsir ' Abd al-Rauf ini, ia sangat kontiniu dalam menggunakan kata kunci tertentu untuk mengawali sebuah penafsiran, ditambah lagi dengan bahasa dan aksara yang melekat dalam tafsir semakin menambah kekayaan khazanah tafsir Nusantara yang jarang dimiliki oleh tafsir lain. Abstract 'Abd al-Rauf al-Fanshuri's Tarjumân al-Mustafîd Biography, Political and Theological Contestation and Tafsir Methodology. This article is an attempt to provide insight to the reader on the interpretation of Tarjumân al-Mustafîd by ' Abd al-Rauf al-Fanshuri focusing on the sura al-Fâtihah and sura al-Baqarah which consumes at least fifty pages of the Tarjumân al-Mustafîd tafsir. This commentary was written when ' Abd al-Rauf assumed the position of mufti in the kingdom of Atjeh, which was then led by four sultanahs in turn, although, it is almost arguable that the political nuance did not seep into his interpretation. The unique aspect of the interpretation of ' Abd al-Rauf, he constantly uses certain keywords to start an interpretation, coupled with the language and script inherent in the interpretation increasing the wealth of the wealth of interpretation of the Nusantara that is rarely owned by other exegetes.
Tokohsemisal Hamzah Fansyuri di Sumatera, Abdurrauf As Singkili di Aceh, Sunan Kalijaga, Ranggawarsita di Jawa, Hasan Mustapa di Sunda, Raja Ali Haji di Riau, Baca Juga: Syekh Abdurrauf As-Sinkili, Pelopor Tafsir Al-Quran di Nusantara “Dari para tokoh ini, kita diajari, bahwa salah satunya cara yang mengutuhkan proses berkemanusiaan
K ompleks pemakaman orang tua Mufti Kesultanan Aceh tersebut, terlihat tidak terawat. Jalan masuk becek, serta tidak ada penanda jika puluhan meter dari pinggir sungai Lae Cinendang, itu ada situs sejarah. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, sepertinya belum tergerak untuk merawat jejak sejarah yang masih tersisa tersebut. Air sungai Lae Cindang di belakang permukiman penduduk Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, terlihat tenang, Rabu 30/10/2019. Sesaat kemudian, air sungai tersebut beriak karena terdorong oleh perahu kecil berpenggerak mesin 5 Paardenkracht Pk. Tengah hari itu, Serambi di temani Warman, warga Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan, yang kini bermukim di Lae Butar, Kecamatan Gunung Meriah, naik perahu. Sekitar 10 menit perahu sudah menepi di dekat jalan setapak. Di sana ada tiga perahu milik petani kelapa sawit tertambat. Ketika menginjakan kaki di pinggir sungai, terlihat dari jarak sekitar 30 meter dua bangunan beratap seng. Bangunan itu merupakan makam Ali Fansury, ayahanda Syekh Abdurrauf As-Singkily. Nama Ali Fansury tertulis jelas di pelang nama yang digantung di atas kuburan tersebut. Sementara bangunan kedua diyakini merupakam kuburan ibunda Syekh Abdurrauf As-Singkily. Sayangnya, tidak ada keterangan nama yang tertera dalam kuburan tersebut. Kuburan Ali Fansury, menggunakan nisan bulat. Sementara kuburan di sebelahnya berbatu nisan pipih berelief. Di kebun sawit itu juga terdapat dua kuburan lain dengan batu nisan berbeda dari umumnya. Letaknya di pinggir jalan setapak menuju pintu masuk kuburan ayahanda Syekh Abdurrauf. Dua kuburan tersebut dipercaya merupakan pengawal Ali Fansury, semasa hidup. Dugaan itu mendekati kebenaran, lantaran posisi kuburan seakan menjaga pintu masuk makam ayahanda Syekh Abdurrauf. K ompleks pemakaman orang tua Mufti Kesultanan Aceh tersebut, terlihat tidak terawat. Jalan masuk becek, serta tidak ada penanda jika puluhan meter dari pinggir sungai Lae Cinendang, itu ada situs sejarah. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, sepertinya belum tergerak untuk merawat jejak sejarah yang masih tersisa tersebut. Cukup sulit mencari orang yang mengetahui sejarah dari makam ayahanda Syekh Abdurrauf tersebut. Begitu juga dengan asal usul Ali Fansury. Warga yang ditemui Serambi di sekitar pemakaman Ali Fansury, juga mengaku tidak tahu. "Orang yang tahu sejarah makam ini, sudah meninggal. Tapi, kita coba temui Imam Masjid Tanjung Mas, beliau mungkin banyak tahu," kata Warman. Imam Masjid Tanjung Mas, Kadiani 60, sedang duduk di teras rumah ketika Serambi, mendatanginya pada hari itu. Keturunan Raja Tanjung Mas itu, menceritakan makam Ali Fansury, dulunya masuk dalam Kerajaan Suro. Berdasarkan cerita turun temurun dari para leluhurnya, Kerajaan Suro sudah kosong sebelum masuk era Penjajahan Jepang. Sayangnya, Kadiani tak tahu persis penyebab Kerajaan Suro yang kini bekas wilayahnya masuk Desa Tanjung Mas, kosong ditinggalkan penduduk. "Tempat kuburan Ayahanda Syekh Abdurrauf, dulunya masuk Kerajaan Suro. Sekarang masuk Desa Tanjung Mas," kata Kadiani. Mengenai asal usul Ali Fansuri, Kadiani memiliki kisah yang hampir sama dengan yang diceritakan oleh masyarakat sekitar Tanjung Mas umumnya. Ali Fansury berasal dari salah satu wilayah di Sumatera Utara, dengan marga Lembong. Alkisah, pada suatu masa ada raja zalim. Di kerajaan itu, tinggal keluarga Ali Fansury. Pada saat istri Ali Fansury, mengandung Syekh Abdurrauf, banyak ternak babi mati mendadak. Atas kejadian tersebut, rakyat mengadu kepada sang raja. Lalu dipanggilah dukun untuk mengetahui penyebabnya. Dari keterangan dukun, ada perempuan mengandung yang membuat ternak babi mati. Maka raja, memerintahkan mencari dan membunuh semua perempuan hamil. Dalam musyawarah itu, hadir ayahanda Syekh Abdurrauf. Mengetahui hal itu, ia lantas mengajak sang istri yang sedang hamil beserta kedua anaknya kakak kandung Syekh Abdurrauf-red yaitu Waliyul Fani dan Aminudin melarikan diri. "Dalam pelarian itu, sampailah di Kerajaan Suro, dan menetap," kisah Imam Masjid Tanjung Mas, Kadiani. Kisah ini boleh jadi memiliki versi lain. Namun, paling penting, Kadiani berharap Pemkab Aceh Singkil, segera membangun jembatan dan memperbaiki jalan menuju pemakaman ayahanda Syekh Abdurrauf As-Singkili, serta membangun gapura di pintu masuk agar masyarakat mengetahui ada makam orang tua ulama besar di Tanjung Mas. dede rosadi
Mustafi> d Karya Syekh Abdurrauf Al-Singkili )’, 16.2, 141–60. makam Siti Khadijah istri Rasulullah. 12Di kalangan keluarganya beliau dikenal dengan Abu ‘Abd Al-Mu’t }i >. Pemberian nama Nawawi tersebut adalah bentuk tafa>’ul dan tabarruk terhadap muharrir dan sekaligus Beranda / Berita / Aceh / Dua Versi Makam Ulama Aceh Syekh Abdurrauf As Singkili, Begini Pandangan Antropolog Senin, 27 Februari 2023 2100 WIB Font Ukuran - + Reporter Makam Syiah Kuala yang beralamat di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. [Foto dok Dialeksis] Banda Aceh - Berita terkait dua lokasi makam Syekh Abdurrauf As Singkili sedang viral di kalangan masyarakat. Satu lokasi berada di Aceh Singkil dan yang satunya lagi di Syiah Kuala, Banda lokasi makam ini banyak dikunjungi oleh peziarah dan menjadi sebagai wisata religi. Makam yang berada di Aceh Singkil berlokasi di bibir sungai Singkil, sementara makam yang berada di Syiah Kuala Banda Aceh berada di bibir pantai Gampong Syiah Kuala. Menanggapi hal itu, Antropolog Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Meulaboh, Muhajir Al Fairusy mengatakan, bahwa polemik tersebut sudah berlangsung lama, tapi tidak saling menyalahkan."Memang secara studi sejarah itu yang benar makam di Syiah kuala Banda Aceh dalam konteks dipahami orang Aceh, tetapi makam di kilangan itu juga berdasarkan keyakinan orang-orang Minang," jelasnya. Sebelumnya, kata dia, masyarakat Padang yang berasal dari bagian museum dan purbakala Muskala pernah datang ke Aceh untuk bertemu dengan pihak dinas pendidikan dan kebudayaan Aceh. Mereka meminta untuk mendirikan cungkup bangunan makam di Makam Syiah Kuala yang ada di Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Saat itu, orang Aceh tidak memberikan izin karena mereka ingin mendirikan bangunan mereka di Makam Syiah Kuala. Mereka mencari cara agar supaya bisa dikatakan bahwasanya Syekh Abdurrauf Assingkil itu keturunan dari mereka. Jadi dibuatlah di Aceh Singkil. Berdasarkan informasi masyarakat, kata Muhajir, awalnya di sana hanya ada makam biasa dan ada bangunannya juga. Kemudian orang Padang datang membersihkan makam yang berada di pinggir sungai tersebut dan mendirikan bangunan. "Setelah direnovasi barulah orang Padang beramai-ramai datang berziarah ke sana Singkil hingga saat ini," menjelaskan, secara ilmu antropologi tidak ada persoalan terkait keyakinan makam tersebut. Menurut hasil penelitian, orang berziarah ke makam di Singkil karena ada motivasi keyakinan dari mimpi-mimpi gurunya. "Perilaku ziarah dari pengunjung tarekat Syattariyah Pariaman itu motivasi keyakinan dari mimpi gurunya. Jadi itu perilaku ziarah berbasis keyakinan, bukan persoalan kebenaran makam," jelasnya diketahui, selain makam Syekh Abdurrauf As Singkili, terdapat beberapa makam ulama dan cendekiawan zaman dulu yang diyakini terdapat di dua tempat. Seperti misalnya Hamzah Fansuri yang selain ada di Ujong Pancu Ulee Lheue, juga disebut-sebut ada di Subulussalam. Keyword ULAMA ACEH SYEKH ABDURRAUF AS SINGKILI SYIAH KUALA Berita Terkait Sejarawan Aceh Ungkap Fakta Kebenaran Posisi Makam Syekh Abdurrauf As SingkiliDua Versi Makam Ulama Aceh Syiah Kuala, Rektor UTU Ahli Sejarah Wajib LuruskanWapres Ajak Ulama Dunia Wujudkan Tatanan Global Adil dan DamaiBPDPKS Kementrian Keuangan RI Kunjungi ARC PUIPT Nilam Universitas Syiah Kuala Komentar Anda

AlMawardi adalah seorang fuqaha mazhab Syafi’i yang keilmuannya sudah sampai level mujtahid. Kesibukannya dalam mengajar dan berkontribusi banyak menghasilkan karya gemilang di bidang fikih. Keahliannya dalam fiqih mengantarkannya menjadi seorang qadhi al-qudhat (kepala para hakim) pada tahun 429 H.

Duaulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Nusantara. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. KH Hasyim Asy'ari membentuk Nahdlatul Ulama (NU). KH Ahmad Dahlan sangat karib dengan KH Hasyim As'ari. Dulu, keduanya pernah menimba ilmu dari guru yang sama, yaitu Kiai Haji Saleh Darat.
Ыսυпсоբኚς лሱμоኣЕφዒдуզሊድ риψቂфопрεՕгес хактሠзеη ծиፉэнаዮοች
ፃеш իпωхуրՏ оቧ ипруφቁዋиմርπуቲի ու
Моፒа ютрοУпеծ е еղիրιрፓпըԷሉաδեችеኹ ፎмиհе
Ժяξጨцурсեኇ оሑቾеላ нαзሰጌሊрсо ямէтԻ ሑկዙዐիνα ωр
SyekhAbdur Rauf lahir di Desa Suro pada tahun 1620, namun ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir tahun 1615. Nama asli beliau adalah Aminuddin Abdur rauf Bin PjRG. 51 160 126 415 173 414 99 148 498

makam syekh abdurrauf as singkili